Thursday, May 2, 2013

Pengalaman Memakai Behel

Hi guys! Saya mau berbagi pengalaman tentang memakai behel atau kawat gigi. 

Saya memakai behel karena gigi depan saya over jet alias maju, mendahului gigi bawahnya. Kalau mengunyah, gigi seri atas tidak bisa bertemu dengan gigi seri bawah, akibatnya pengunyahan menjadi tidak optimal, dan juga untuk meningkatkan nilai estetika, sehingga kalau bicara atau difoto, akan lebih baik kelihatannya..ga ada yang nongol..hehe..

Nah, kalau gigi bawah masalahnya adalah crowded, alias numpuk..gigi seri yang kanan bawah berebut tempat dengan gigi taring sebelahnya, jadi gigi seri saya tumbuh miring ke arah dalam, sedangkan gigi taring tumbuh miring ke arah luar. Sisa makanan mudah sekali tertinggal di antara dua gigi tersebut. Membersihkannya susah banget. Kalau pakai sikat gigi tidak terangkat, saya harus meminjam bantuan dental floss (benang gigi). Sungguh merepotkan! Kalau tidak dibersihkan dengan benar, bisa-bisa jadi timbunan plak yang menyebabkan karang gigi dan gigi berlubang.

Setelah cukup banyak mencari info di internet dan bertanya pada orang-orang yang sudah lebih dulu pakai behel, saya memutuskan untuk mencari dokter gigi spesialis ortodonthi di sebuah rumah sakit. Awal pemeriksaan, sang dokter menyuruh saya untuk rontgen Panoramic dan Cephalometric. Hasil Rontgen Panoramic ini memperlihatkan keseluruhan susunan gigi dari depan, sedangkan Cephalometric memperlihatkan bentuk rahang dan susunan gigi dari samping.

Ternyata..setelah hasil rontgennya diperlihatkan kepada dokter, ada dua gigi bungsu di rahang bawah kanan dan kiri, yang tumbuhnya horizontal, nabrak gigi geraham depannya. Kedua gigi ini harus dicabut dengan melakukan ondectomy, yaitu operasi kecil pengangkatan gigi oleh dokter spesialis bedah mulut, karena hanya sedikit gigi yang tumbuh keluar gusi, sisanya tertanam di dalam gusi.

Akhirnya saya daftar ke dokter spesialis bedah mulut di rumah sakit yang sama. Karena saking banyaknya orang yang akan dioperasi, saya baru mendapat jadwal seminggu setelah pendaftaran. Saat tiba hari operasi rasanya takut banget. Dokter menyuntikan dua suntikan anastesi (bius) di gusi..sakit banget, ada jarum yang menembus gusi. Sekitar 5 menit setelah disuntik, obat biusnya mulai bekerja. Lidah terasa tebal. Mulailah sang dokter menyayatkan pisau pada gusi untuk membuka jalan bagi gigi bungsu tersebut agar bisa keluar. Dari awal proses hingga akhir, saya ga berani buka mata >.< Yang membuat amaze ialah saat melakukan pembedahan, dokter itu dengan santainya berbincang-bincang dengan asistennya, sedangkan saya ketakutan sendiri. Mungkin saking seringnya dokter tersebut melakukan operasi cabut gigi bungsu, jadi ya..santai saja.

 Memang tidak sakit sama sekali sih setelah dibius, hanya semua tindakan dokter tetap terasa. Saat pisau menyayat gusi, saat tulang gigi dibor, dan saat luka dijahit. Sakitnya itu sesudah obat biusnya habis. Mantap! Sakit banget >.< nyut nyutan gitu.   Setelah beberapa jam, pipi saya bengkak sampai leher, minum pun susah..karena panik, malam harinya saya pergi ke klinik dekat rumah, dokter gigi di situ bilang tidak apa-apa sih, setelah dikompres air hangat nanti juga bengkaknya hilang. Selama seminggu saya cuma bisa makan bubur dan makanan lain yang lunak. Seminggu kemudian, saya kembali lagi ke rumah sakit untuk melepas jahitan. Awalnya takut juga, tapi ternyata tidak sakit. Barulah saya bisa makan nasi lagi :)

Belum beres sampai disitu, seminggu kemudian saya harus kembali ke dokter spesialis bedah mulut lagi untuk pengambilan gigi bungsu yang kiri. Kurang lebih prosesnya sama dengan yang pertama, namun kali ini tidak menimbulkan bengkak seperti yang pertama, karena saat pembedahan saya lebih rileks daripada sebelumnya.

Setelah kedua gigi bungsu tersebut diangkat, saya kembali lagi ke dokter spesialis ortodonthi. Masih ada 2 gigi lagi yang harus dicabut, untuk memberikan ruang agar gigi bisa rapi kembali. Satu gigi geraham kecil atas dan satu gigi geraham kecil bawah. Nah, kalau yang atas, ekstaksi (pencabutan) gigi berjalan lancar, hanya sakit waktu disuntik obat bius saja.

Seminggu kemudian saya ke rumah sakit lagi untuk cabut gigi yang bawah. Saya kira bakal lancar seperti yang pertama, tetapi kenyataan berkata lain :p.. uwaaahh >.< sakitnya minta ampun waktu ekstraksi, padahal sudah disuntik obat bius sampai 4x! (sekitar 2 ampul) Serasa cabut gigi tanpa dibius! Ternyata gigi geraham kecil yang hendak dicabut itu berhimpitan dengan gigi taring dan gigi seri yang berjejal tadi. Akhirnya ekstraksi tidak dilanjutkan karena sakitnya luar biasa, lalu saya dirujuk ke dokter bedah mulut (lagi) hari itu juga. Setelah menerima suntikan anastesi untuk yang kesekian kalinya, gusinya dibedah lagi, barulah gigi tersebut bisa dikeluarkan. Lagi-lagi gusi saya harus dijahit..dan seminggu kemudian kembali lagi untuk melepas jahitan.

Setelah seluruh sesi pencabutan beres, barulah behel bagian atas dipasang (akhirnya!) Pertama-tama dokter membersihkan seluruh gigi lalu mengeringkannya dengan angin kompresor. geli banget..hehe.. kemudian dokter mengoleskan lem di permukaan gigi dan menempel bracketnya. Dokter menginstruksikan agar saya tetap membuka mulut, agar lem menjadi kuat sehingga bracket tidak mudah lepas. Jika lem terkena air liur sebelum kering, maka kekuatannya tidak akan maksimal. Setelah itu, kawat dipasang. Nah, pada tahap ini, akan terasa gigi ditarik perlahan oleh dokter. Tidak terasa sakit, hanya linu-linu sedikit saja. Terakhir, karet dipasang.

Saat pemasangan behel, dokter menemukan 4 gigi yang berlubang! bukan karena pemasangan behelnya sih, memang sudah lebih dulu berlubang saja. Padahal selama ini tidak ada keluhan sakit gigi, karena lubangnya masih kecil dan belum mencapai saraf gigi, tapi tetap saja harus ditambal untuk mencegah lubangnya bertambah besar. Tambalan gigi yang saya gunakan adalah tambalan Light Curing. Warnanya menyerupai warna gigi, sehingga tidak mengganggu estetika. Pengaplikasiannya dibantu dengan penyinaran. Tidak sakit sama sekali :)

Sebulan kemudian, behel untuk gigi bawah pun dipasang. Lengkap sudah. 

Kalau ada yang bilang disuntik di gusi itu mirip digigit semut, ga bener menurut saya. Lebih sakit disuntik >.< dan kalau ada yang bilang pasang behel itu bisa bikin kurus, saya setuju. Selama seminggu setelah pasang behel, saya belum bisa mengunyah nasi, jadi terus menerus makan bubur atau oatmeal. Gara-gara gigi linu, kudu pilih-pilih makanan. Berat badan jadi turun deh ;(

Semoga blog ini berguna bagi yang ingin pasang behel, tetapi jangan dijadikan acuan mutlak, karena kondisi rahang dan gigi setiap orang berbeda. Dokter yang menangani pun berbeda. Pesan saya adalah, jika ingin pasang behel permanen seperti ini untuk tujuan kesehatan, lebih baik carilah dokter gigi spesialis ortodonthi. Siapkan budget yang memadai, survey, tanya-tanya harga sebelum memutuskan memakai behel sehingga kita bisa mempersiapkan biayanya, juga siap-siap waktu untuk bolak-balik ke dokter tersebut. Kebersihan gigi sesudah memakai behel juga perlu ditingkatkan agar plak tidak tertimbun di sela-sela kawat gigi. Pakailah sikat gigi khusus untuk pengguna behel, dan pasta gigi yang khusus pula, tapi harganya cukup mahal :p. Gunakan mouthwash sesudah menyikat gigi. Jika masih ada sisa makanan, bersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi atau sikat gigi khusus yang mirip sikat botol berukuran mini. Tadinya mau saya lampirkan foto gigi juga, cuma agak kurang enak dilihat..hehe..


Semoga membantu :)